Kekuatan Sosial Media Dalam Kehidupan Berpolitik

seminarDPandDenmark-4168

Penulis: Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service

Social media bukan hanya lagi sebagai sarana berkomunikasi untuk kepentingan percakapan sehari-hari di Indonesia tetapi juga telah menjadi ‘senjata’ baru bagi para netizen hingga pejabat negara dalam berpartisipasi di kehidupan berpolitik.

Facebook dan Twitter telah menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari website ABC, dikatakan bahwa Indonesia menjadi negara pengguna Facebook terbesar keempat di dunia dan kota Jakarta sebagai kota nomor satu pengguna Twitter terbanyak di dunia. Tercatat di tahun 2013, 2.4% dari 10.6 miliar tweet (seluruh dunia) dihasilkan oleh penduduk Jakarta. Tak mengherankan jika Twitter dan Facebook menjadi sarana komunikasi yang ampuh di setiap harinya.

Kondisi tersebut turut dipaparkan oleh Casper Klynge, duta besar Denmark untuk Indonesia pada seminar dengan tema “The Role of Social Media in the 21st Century” di Lecture Hall UMN, Selasa (17/3). Casper lebih memperjelas bagaimana ia menggunakan social media, khususnya Twitter, untuk menginformasikan kegiatan diplomatik antara Denmark dan Indonesia kepada masyarakat.

Con_denmark2.gif “Kita perlu aktif ber-sosial media agar bisa berhubungan dengan masyarakat, baik untuk menjelaskan kegiatan dari kedutaan Denmark maupun mendukung organisasi di Indonesia,” jelas Casper. Denmark juga merupakan negara yang transparan dalam mempromosikan dan menyebarkan bentuk-bentuk kerja sama politik. Casper dan kedubes Denmark di Indonesia kerap menggunakan Twitter sebagai media penyebaran informasi. “Istilahnya Twidiplomacy, twitter dipakai untuk tujuan diplomasi,” tutur Casper. Tak hanya Twitter, Facebook juga dimanfaatkan untuk berkomunikasi politik, membuka dialog serta mempromosikan aktivitas komersial dubes Denmark di Indonesia.

Con_denmark3.gifSelain Casper, hadir pula Wildan dari Indonesia Indicator. Beliau mensharingkan tentang risetnya mengenai penggunaan social media selama pemilihan presiden Indonesia tahun lalu. Penarikan data dengan menggunakan Artificial Intelligent (dengan mesin) untuk meneliti partisipasi masyarakat melalui twitter. Setelah melalui proses penyaringan, ditemukan ada 72,45% pengguna twitter di Jawa. Jumlah ini sekaligus menjelaskan bahwa pengguna akun di Jawa 3x lipat dari akun di luar Jawa selama periode 4 Juni – 9 Juli 2014.

Untuk gender, pria memiliki presentase yang lebih besar yakni 53%; sedangkan kategori umur, pengguna paling banyak ialah dengan rentang umur 18-30 tahun (54%), 30 tahun-ke atas menduduki posisi kedua (43%). Secara umum, pengguna twitter di pulau Jawa didominasi oleh anak muda, sedangkan di luar jawa didominasi orang dewasa.

Lebih lanjutnya, Wildan memperlihatkan hasil penelitiannya terhadap aktivitas Jokowi-Prabowo dari kampanye hingga terpilih. Ternyata, hasil dari perhitungan mesin melalui percakapan netizen di twitter hasilnya hanya selisih 1% dengan Real Count yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey Indonesia. Meskipun akurasinya hanya 70%, tetapi metode tersebut dapat mengumpulkan dan membandingkan dengan presentase mengenai tweet yang menyangkut ‘perang visi misi, perang relawan dan kampanye hitam’ dari dua capres tersebut. Dari sinilah akhirnya dapat ditarik pemahaman bahwa social media di Indonesia dapat digunakan sebagai corong untuk mengaspirasikan pendapat mengenai kondisi politik negara.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.