Sejak 1965, Harian Kompas terus bertranformasi seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Tak hanya dari segi pengemasan dan penyajian berita, tetapi model bisnisnya pun ikut menyesuaikan dengan era konvergensi media.
Dalam salah satu rangkaian acara konferensi ilmiah nasional COMMNEWS 2015 yang digelar oleh Fakultas Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Direktur Bisnis Harian Kompas Hardanto Subagyo memaparkan materi seputar bisnis media cetak di era konvergensi. Ia menekankan bahwa Harian Kompas selalu melakukan transformasi seiring dengan perkembangan zaman, yakni dengan mengembangkan e-paper Kompas.
Selain surat kabar dalam bentuk elektronik, menyoal bisnis media cetak, ia menjelaskan bahwa setiap perusahaan media memiliki model bisnisnya masing-masing. Salah satu sarana pendapatan yang memungkinkan untuk dilakukan adalah menjual space iklan.
“Hal ini kami lakukan guna menjaga kesehatan bisnis media kita. Dengan bisnis media yang sehat, wartawan juga bisa melakukan peliputan secara sehat,” ujar Hardanto di Ruang Ruby Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta, Selasa (4/5).
Antara bisnis dan pengabdian
12 Januari 2013 silam, koran Kompas pernah memasang iklan pada satu halaman penuh dan meletakkannya di halaman depan. Saat itu, berita headline dipindahkan ke halaman selanjutnya. Penempatan iklan seperti itu ternyata mendapatkan perhatian dari pembaca.
Pada kesempatan ini, pertanyaan terkait hal tersebut diungkapkan oleh salah satu partisipan yang mengaku pernah melihat Harian Kompas menayangkan sebuah iklan pada satu halaman penuh. Ia mengatakan, “Dalam bertransformasi, koran Kompas tetap mempertahankan keasliannya. Akan tetapi, pernah suatu kali koran Kompas memasang iklan satu halaman penuh di halaman depan. Jujur saya terkejut melihat hal ini. Mengapa koran Kompas bisa melakukan hal seperti ini?”
Menanggapi pertanyaan tersebut, Hardanto selaku pembicara menjelaskan bahwa walau menjaga bisnis, Harian Kompas sebagai media massa selalu mencoba untuk tetap mengabdi kepada masyarakat. “Ada suatu kebijakan dari Kompas yang sudah tidak bisa ditawar. Namun, semua itu sudah ada mekanismenya,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa Harian Kompas tidak sering melakukan hal tersebut. “Kompas hanya melakukan hal demikian pada edisi khusus. Jadi, tidak setiap hari pula hal tersebut terjadi,” pungkasnya.
Penulis Aretyo Jevon | Ultimagz
Editor: Ghina Ghaliya | Ultimagz